Alexandr Wang, Miliarder AI 28 Tahun: “Remaja Harus Habiskan Waktu Belajar Vibe-Coding”

Meta Chief AI Officer Alexandr Wang. Photo by Drew Angerer/Getty Images

Di tengah gempuran kecerdasan buatan yang makin pintar menulis kode, muncul satu pesan provokatif dari salah satu sosok paling muda dan berpengaruh di dunia teknologi. Alexandr Wang, miliarder AI berusia 28 tahun sekaligus Chief AI Officer di Meta, mengatakan bahwa remaja sebaiknya menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar satu keterampilan: vibe-coding.

Wang bukan nama baru di ekosistem AI. Ia dikenal sebagai pendiri Scale AI, startup data labeling yang didirikan pada 2016 setelah ia memutuskan keluar dari MIT pada tahun pertama kuliahnya. Pertumbuhannya luar biasa. Scale AI tumbuh menjadi salah satu pemain kunci dalam menyediakan data untuk melatih model kecerdasan buatan.

Menurut Forbes, kesuksesan itu membuat Wang menjadi miliarder termuda yang membangun kekayaannya sendiri, dengan valuasi perusahaan kini mencapai US$29 miliar setelah Meta menggelontorkan investasi senilai US$14,3 miliar. Kesepakatan itu sekaligus membawa Wang masuk ke Meta sebagai Chief AI Officer.

 

Vibe-Coding: Bahasa Baru Pemrograman

Apa sebenarnya vibe-coding?
Istilah ini merujuk pada praktik menggunakan alat AI coding—seperti Replit atau Cursor—untuk menghasilkan potongan kode hanya dengan instruksi bahasa sehari-hari.

Bayangkan kamu berkata ke AI:

“Buatkan website sederhana dengan halaman login dan form pendaftaran.”

Dalam hitungan detik, AI bisa menuliskan kode HTML, CSS, bahkan integrasi database yang sesuai. Itulah vibe-coding: bukan lagi mengetik baris demi baris kode, tapi mengandalkan bahasa alami sebagai bahasa pemrograman baru.

Fenomena ini tidak lagi fiksi. Microsoft dan Google, misalnya, mengakui bahwa sekitar 30% kode di proyek internal mereka kini sudah ditulis oleh AI. Bahkan CEO Google, Sundar Pichai, secara terbuka mengaku pernah menggunakan AI untuk membuat halaman web sederhana dengan vibe-coding.

Dalam sebuah podcast TBPN, Wang memberikan saran lugas:

“Kalau kamu berusia 13 tahun, habiskan semua waktumu untuk vibe-coding. Itu cara kamu harus menjalani hidupmu.”

Menurutnya, anak muda yang meluangkan 10.000 jam untuk berlatih vibe-coding akan memiliki keunggulan luar biasa. Alasannya sederhana: dalam lima tahun ke depan, Wang memprediksi AI akan mampu menulis sebagian besar kode—termasuk “semua kode yang pernah ia tulis seumur hidupnya”.

Baginya, ini adalah game-changer. Seorang engineer kini tidak lagi sama seperti dulu. Pekerjaan teknis bukan hanya tentang menulis baris kode, melainkan tentang kemampuan berkomunikasi dengan AI, merancang prompt yang tepat, dan memahami logika bisnis di balik aplikasi.

 

Pandangan yang Membelah

Pernyataan Wang tentu saja memicu perdebatan.

  • Di satu sisi, ia sejalan dengan pandangan Jensen Huang, CEO Nvidia, yang menyebut bahwa “natural language adalah bahasa pemrograman baru”. Artinya, siapa pun bisa jadi “programmer” dengan berbicara ke AI.
  • Di sisi lain, banyak pakar yang tetap menekankan pentingnya fondasi logika pemrograman. Menurut seorang engineer OpenAI, remaja tetap harus belajar coding dasar, karena tanpa pemahaman itu, mereka bisa kesulitan memahami atau memperbaiki kode yang dihasilkan AI.

Bagi remaja dan generasi muda, vibe-coding mungkin jadi pintu masuk yang lebih ramah ke dunia teknologi. Mereka tidak harus menghafal sintaks Python atau JavaScript dari nol. Dengan AI, siapa pun bisa membangun aplikasi sederhana atau bahkan startup hanya dengan kemampuan bahasa sehari-hari.

Namun, pertanyaan besarnya: apakah ini cukup?
Kemampuan vibe-coding jelas memberi keunggulan praktis, tapi fondasi logika, matematika, dan pemahaman algoritma tetap penting jika ingin benar-benar menguasai teknologi.

Alexandr Wang bukan sekadar miliarder muda, ia adalah simbol perubahan zaman. Dengan menyarankan remaja untuk menghabiskan waktunya belajar vibe-coding, ia sedang menekankan bahwa era baru sudah dimulai: coding bukan lagi soal menulis baris kode, melainkan soal berkomunikasi dengan AI.

Apakah saran ini berlebihan? Mungkin. Tapi mengingat arah teknologi, ada benarnya jika generasi muda menyiapkan diri sejak dini. Karena dalam lima tahun ke depan, dunia mungkin akan dipenuhi aplikasi, website, dan sistem yang lahir bukan dari tangan programmer tradisional, melainkan dari percakapan manusia dengan mesin cerdas.

 

👉 Kalau kamu remaja hari ini, apakah kamu akan benar-benar “menghabiskan seluruh waktumu” untuk vibe-coding seperti yang disarankan Alexandr Wang?