Danantara Siapkan Dana Jumbo Rp160 Triliun, Siap Jadi Stabilisator di Pasar Modal Indonesia


Lembaga investasi pemerintah, Danantara Investment Management, tengah bersiap menggelontorkan dana jumbo senilai US$10 miliar atau sekitar Rp160 triliun ke pasar domestik. Sekitar 80% dari total dana tersebut akan disalurkan ke berbagai sektor strategis di Indonesia, termasuk proyek waste-to-energy, hilirisasi sumber daya alam, serta instrumen saham dan obligasi.

Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menjelaskan bahwa strategi investasi lembaganya dibangun dengan prinsip keseimbangan antara economic return dan commercial return. Artinya, investasi tak hanya mengejar imbal hasil, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi jangka panjang melalui penciptaan lapangan kerja dan penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance).

“Kami ingin Danantara menjadi stabilisator, bukan pencipta distorsi. Fokus kami jangka panjang, sambil mengajak sektor swasta untuk ikut berpartisipasi,” ujar Pandu dalam wawancara eksklusif bersama Ellen May di kanal YouTube-nya, dikutip Senin (27/10).

Dalam tahap awal, Danantara akan mengalokasikan dana ke tiga jalur utama: direct investment, private investment, dan public market.

  • Direct investment akan difokuskan pada proyek nyata seperti waste-to-energy yang saat ini tengah disiapkan dengan sekitar 10 proyek potensial hingga akhir tahun.
  • Private investment dilakukan melalui kemitraan dengan private equity dan private credit terkemuka untuk mendorong transfer pengetahuan dan penciptaan nilai tambah industri.
  • Public market mencakup investasi di saham dan obligasi, baik secara internal maupun lewat manajer investasi berpengalaman di Indonesia.

“Prinsip kami sederhana: tetap berpegang pada fundamental, melihat valuation yang wajar, dan memastikan tata kelola serta risiko terkendali. Kami ingin crowd-in, bukan crowd-out,” tegas Pandu.

Selain memperkuat pasar modal, Danantara juga akan menjadi katalis hilirisasi industri strategis seperti nikel dan baterai kendaraan listrik, bekerja sama dengan mitra global seperti CATL. Pandu menyebut langkah ini bagian dari upaya memperkuat nilai tambah ekonomi nasional dan memperluas basis manufaktur cerdas di Indonesia.

Dari sisi kelembagaan, Danantara tengah menyiapkan konsolidasi sejumlah unit aset manajemen milik BUMN agar lebih efisien, selaras dengan rencana penguatan tata kelola dan manajemen risiko.

“Tujuan akhirnya jelas: meningkatkan efisiensi, memperkuat back office, dan membuat produk investasi kita lebih kompetitif,” kata Pandu.

Pandu optimistis strategi besar ini akan memperkuat posisi Indonesia di kancah regional.

“Visi jangka panjang kami adalah menjadikan pasar modal Indonesia top-3 di Asia Pasifik, bersama Tiongkok dan India. Untuk menjadi salah satu ekonomi terbesar dunia, kita butuh pasar modal yang kuat dan likuid,” pungkasnya.